[Renungan] Rajutan Cinta yang Hakiki >> by fi

0 komentar



Posted by 

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu’alaykum.wrh.wbr.
Pembaca budiman, pengen tahu sedikit rahasia tentang aku? :razz: Bukan rahasia besar sih, hanya berupa hobiku selain berpikir–sampai botak—, menulis–sampai keram—, membaca –sampai iritasi—, dan jalan-jalan –kalau ada uang—, yaitu nonton—pelupa masalahku—. Tidak sering sih, cuma kalau lagi libur aja. Hal yang menarik dari hobi-hobiku ini adalah, setiap menjalani hobi yang satu, hobi utamaku—berpikir dalam dan keras—selalu ikut meluncur, baik sebelum, ketika, dan setelah hobiku kuekspresikan. Begitupun kali ini, aku memikirkannya terlalu keras hingga kutakutkan kepalaku akan meledak kalau tak kutuliskan. Berawal dari kisah KCB, coba tebak apa? Ya. Aku berpikir tentang cinta. Cihuy. :p
Aku bingung, deh. Aku akhir-akhir kenapa ya, :???: kebanyakan nonton film cinta kali ya jadi bawaannya cinta-cinta. Hehe. Aku barusan nonton video salah satu OSTs film India legendaries,Kabhie Kushie Kabhie Gham. Di sana aku melihat adegan di mana Amitha Bachan memeluk hangat istrinya, Jaya Bachan. Suatu moment yang sangat indah, padahal sudah tua tetap mesra. Satu hal kusadari, cinta tak mengenal waktu dan usia.
Aku kadang lihat di berita, orang-orang yang pernikahannya baru dua bulan langsung cerai. Ada juga yang usia pernikahannya sudah 20 tahun masih juga mau cerai, ga nahannya malah menikah lagi. :shock: Aku kadang berpikir, ada gerangan apa di antara sepasang anak manusia hingga mereka harus bercerai, jalan yang paling dibenci Allah? Harus bertengkar? Atau bahkan harus saling menyakiti? Apa itu ya yang namanya cinta? Aku juga bingung. :???:  

Kemudian kuperhatikan sekelilingku, teringatlah olehku sepasang suami istri di kampungku, Curup, Bengkulu, yaitu kakek dan nenekku. Mereka sudah tua, nenek lebih muda sekitar 10 tahun dari kakek. Kakekku lahir tahun 1938, kalau ga salah. Intinya mereka sudah tua dan menua. Tapi tidak seperti kebanyakan orang tua di daerahku, kakek dan nenek masih tidur bersama! Aku baru tahu waktu SMA. Ibuku bilang biasanya kalau udah di atas 60 suami istri akan pisah ranjang, alasannya malu sama anak-anak atau udah ga nyaman. Ga ngerti juga aku belum sampai ke sana. :cool:
Benar-benar cinta yang indah. Mereka sangat rukun, kata ibuku kalau ada kondangan kakek dan nenek tidak segan datang berdua (ga berselisih jalan), seperti ibu dan ayahku.  Nenek juga punya panggilan sayang, loh, untuk kakekku. Beliau memanggil kakek dengan nama “Perpan”, aku ga paham artinya, tapi kata uwak (bude), itu artinya “Bapaknya Arfan”, anak nenek yang paling tua, sudah almarhum.
Aku kadang berpikir, apa bisa ya imamku dan aku nanti seperti mereka? Tetap saling cinta walaupun nanti aku udah melahirkan dan tambah ga cantik, ditambah pula kerutan di wajahku nanti. Bisakah? Kemudian kurenungkan lagi tentang itu dengan apa yang pernah kutonton dan baca.
Di film-film serapan kisah nyata aku melihat kisah cinta menggugah, dan berpikir apa nanti bisa begitu juga. Seperti yang aku tonton di film Jewel In The Palace, tokoh Jang Geum (Lee Young Ae) di film itu walaupun telah menjadi budak ia tetap dicintai dan dihormati oleh panglima yang mencintainya sejak dia masih menjadi dayang istana, namanya Min Jung Ho (Ji Jin Hee). Aku tersentuh sekali melihat Min Jung Ho rela menjadi budak, dipecat dari jabatan wakil perdana menteri kerajaan, demi melindungi Jang Geum. Kisah cinta dramatis yang indah dan menyentuh. Kulihat cinta dapat melepas semua yang dimiliki untuk orang yang dicintai.
Kamu tahu film beken tahun 1998? Judulnya Kuch Kuch Hota Hai. Rahul (Sakh Rukh Khan) di sana padahal sudah menikah dan punya anak dari Tina (Rani Mukherji), tapi tetap diterima baik oleh Anjeli (Kajol). Padahal Rahul sudah menyakiti hati Anjeli saat Anjeli masih tomboy dengan menikah dengan gadis lain. Kubaca cinta dapat mengikhlaskan ingatan pahit di masa lalu.Begitu pula dengan tunangan Anjeli di film itu (aku lupa namanya, tapi yang jelas diperankan Salman Khan), dia melepaskan Anjeli, wanita yang dicintainya, pada hari pernikahannya. Sungguh sebuah kisah yang kata orang ‘lebay’ tapi sarat makna, paling tidak bagiku.
Cinta di film Stairway To Heaven apalagi, sudah delapan tahun terpisah dengan Jung Seo, Shon Joo tetap mencintai cinta pertamanya itu. Hingga gadis itu buta  dan menderita kanker mata pun dia tetap tidak berpaling. Di dekat Shon Joo padahal ada Yoo Ri, gadis yang lebih cantik dan berpendidikan, tapi tak sedikitpun Shon Joo lupa pada cintanya. Aku sungguh tersentuh. Kutangkap cinta tak mengenal jarak pun kesempurnaan. Kisah cinta di film-film meskipun terkesan lebay tapi aku tetap suka dan tertegun melihat ketulusan yang diperankan pemainnya.
Lihat pula film Ayat-ayat Cinta, film cinta sekaligus dakwah yang benar-benar membuat kita berguncang seperti badai. Kalau aku jadi Aisyah (Rianti Cart Wright), belum tentu aku sekuat itu mendapati suamiku menikah lagi, apalagi sampai mengatakan cinta pada wanita lain di depan mataku. Cinta membuat Aisyah begitu sabar dan ikhlas apapun yang dijadikan dan dilakukan suaminya. Saat Aisyah sudah hamil tua, saat Fahri (Fedi Nuril) malah lebih sering tidur dengan Maria (Carissa Putri), Aisyah sama sekali tidak marah, dia menyimpan sedih dan cemburu dalam senyumnya.  Kumengerti cinta dan rasa ingin memiliki itu tidak sama. Aku sampai nangis loh menontonnya. Huhu, cengeng.
Aah. Kalau memang begitu adanya cinta di kehidupan nyata, pasti akan sangat indah. Seperti kakek dan nenekku, contoh nyata keabadian cinta. Aku berpikir, apakah sebabnya bila cinta bisa berbunga merekah begitu indah dan tak pernah layu pun menguncup, tak lekang oleh tua dan masa tua? Cinta seperti apa itu?
Kudapatilah jawabannya, buah cinta (anak) adalah salah satu mahligai yang menjadi alasan untuk tetap bersama dan saling cinta, maka tak heran walaupun harus tinggal di dalam gubuk suami istri tetap bertahan untuk menghidupi sang buah hati. Ketulusan dan penerimaan akan kekurangan istri atau suami lah yang menjadi penguatnya, maka tak heran saat ibuku sakit parah, ayah tak pula meninggalkan ibu, saat ayah kecelakaan dulu, ibulah yang menghidupi kami.
Di atas semua itu, tak berlebihan jika kupikir cinta yang dilandasi cinta pada Pemilik Cinta itulah yang akan senantiasa kukuh dan kekar. Maka tak heran bila Khadijah dan Rasulullah umurnya berbeda jauh, tapi cinta tetap kukuh. Khadijah adalah saudagar kaya, melepaskan kekayaannya untuk membantu hal perang Nabi Muhammad. Khadijah yang dinikahi dalam status janda (yang artinya sudah diperistri orang lain) tak pula dipermasalahkan Rasulullah. Pun ketika Ali bin Abi Thalib jatuh cinta pada Fatimah, tak sedikit pula ia memaksa, hingga Nabi menyadarinya, dan menikahkan anaknya dengan Ali.
Cinta yang terpatri dari shubuh, akan terasa indah di waktu dhuha, teriknya siang tak mengapa, jingganya senja menambah kemilaunya, dan dinginnya malam mempererat jalinan tali-talinya. Hingga tiba shubuh kembali tak pula kuncup pun layu bunganya. Seperti itulah cinta Rasulullah pada Khadijah, satu-satunya istri Beliau yang tak dipoligami. Memikirkan cinta yang seperti itu benar-benar indah dan menyejukkan. Semoga masing-masing kita bisamenemukan cinta yang hakiki, dilandasi cinta karena Allah, dilengkapi restu ibu dan ayah, dibuahi keturunan solih dan soliha, diakhiri nikmatnya mata air surga, al-Jannah. Aamiiin. ^^
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Copyright © 2011. Khazanah Islami - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger